Jakarta Fashion Week 2010/2011: Giliran Yang Muda Yang Bicara

16.19 rah[ma.ut]ami 0 Comments

Last night I was attending 2 shows: Sunsilk Walk of Creations and Cleo Fashion Award. By the way, nampaknya hal yang sama terjadi diantara para finalis lomba blog Jakarta Fashion Week 2010/2011 : gak langsung nge-post artikel malam langsung setelah acara JFW hari itu selesai. Well, gimana enggak, kemarin acara terbilang molor lagi sama dengan pelaksanaan kemarin lusa. Padahal tadinya saya dan Yuri optimis akan "hanya" ngaret setengah jam, ternyata -_-" Dari jadwal semula yang mana acara penganugrahan CLEO Fashion Award diadakan jam 20.30 WIB, akhirnya baru dimulai kurang lebih pukul 21.30 WIB. Pfft... Jadi wajar dong kita semua rada tepar (lagi) :p. So, here we go!


Sunsilk Walk of Creations menggandeng 7 desainer muda berbakat, merupakan kumpulan dari pemenang Lomba Perancang Mode (LPM) dari berbagai angkatan. Angka 7 sendiri dibuat senada dengan line-nya Sunsilk sekarang, dimana Sunsilk menggandeng 7 pakar rambut dunia sebagai bentuk re-launch produknya. FYI, ini adalah kali ke dua Sunsilk menjadi sponsor di Jakarta Fashion Week. Bentuk kontribusi Sunsilk dalam bidang fashion juga didasari oleh rambut, yang mana sebagai mahkota khususnya wanita, merupakan salah 1 unsur penting pendukung penampilan. Rambut sendiri menegaskan identitas dari karakter fashion yang diangkat. Intinya, kalau rambutnya gak aksimal, belum totalitas lah. Kurang lebih hal itu yang diungkapkan Albert Januar, Finalis LPM 2009.


Ngerasa gak sih ada perubahan nafas dari Sunsilk? Bisa dibilang kita (generasi saya) adalah generasi yang tumbuh dimana Sunsilk telah dikenal. Dari mulai shampo yang terkesan sangat wanita, dari sedikit varian hingga 7 seperti saat ini, dari botol lurus, oval, sampe langsing kaya sekarang, Sunsilk telah bertransformasi. Dulu, Sunsilk hanya mengajarkan pada kita bagaimana menjaga rambut agar tetap sehat (mostly using shampoo and conditiener). Tapi Sunsilk yg kini gak sekedar maju sebagai defense rambut, tapi sekaligus penyerang. Maksud saya bukan nyerang bikin rambut jelek lho, tapi sekarang Sunsilk juga udah punya kaya Wax, dan beberapa produk hair styling lainnya. Ibaratnya sekarang, melindunginya bahkan dari awal, ketika rambut itu sendiri dibentuk. Offense is the best deffense, hahaha. 


Bersama para rekan media yang menang doorpize
By the way, Chris Oey sebetulnya memfasilitasi para pers yang ingin menggunakan produk Sunsilk Leave On di booth nya mereka secara gratis. Tapi berhubung saya pake jilbab...errr... But anyway, ada 1 pertanyaan yg membekas di ingatan sih. Satu pewarta dari majalah muslimah bertanya mengenai sunsilk yang dulu diformulasikan khusus bagi para wanita berjilbab sekarang kenapa gak ada. Chris Oery sih menjawab produknya si hijau itu, cuma memang ikon gambar wanita muslimah diganti dengan pakar rambut. Secara esensi produk, produk itu berfungsi buat deep cleansing, jadi bersih sebersih-bersihnya. Jangan heran kalau habis keramas ujungnya kering, karena (katanya) memang kotoran dan minyak disikat habis oleh formula. Makanya pake conditioner langsung abis itu, dan dari TENGAH bukan dari pangkal rambut, soalnya pangkal rambut cenderung lebih berminyak(many people apply it with wrong way. No wonder they can't overcome their hair problem). Gara-gara itu langsung deh jadi ..ooo, buleet. Kukira dia akan men-deny soal kekeringan akibat keramas, ternyata itu memang salah satu yang implikasi normal. Dan 1 lagi, SERUM pake di UJUNG aja (yang kering pastinya)! Jangan semua-mua rambut. Entar jadi super berminyak. Hmm, baru tau..


*terus udah banyak aja gituh ini postingan, padahal belum masuk materi fashion show nya o.O


So, seperti judulnya, hari ini fashion show yang saya hadiri terasa sangat berbeda dari 2 hari sebelumnya, dimana di hari Minggu dan Senin, para desainer seniorlah yang mewarnai kancah catwalk JFW. Seperti yang disebutkan di atas, ada 7 desainer, alumni LPM yang digandeng oleh Sunsilk. Mereka adalah Albert Yanuar, Bethania Agustha, danny Satriadi, Hian Tjen, Imelda Kartini, Kursien Karzai dan Yunita Kosasih.Sementara itu, peragaan di Cleo Award dimeriahkan para nominator penghargaan, merupakan sebuah apresiasi terhadap brand lokal.




Cleo Fashion Award yang (baru) dimulai pukul 21.30 WIB, merupakan ajang penghargaan bagi para vendor-vendor retail Internasional. Penghargaan ini double objektif, dari pembaca (CLEO Readers Choice Awards) dan dari redaksi sendiri (CLEO Choice Awards.) Brand-brand umum yang dikenal mewarnai penghargaan ini seperti Banana Republic, GAP, Marc Jacobs. Hmm, kalo kata teman saya sih (saya gak punya kompetensi untuk ngomentarin hal ini soalnya :P ), ini bukan hal yang baru dan not that special juga. :| Benarkah? Saya sih gak tau. But anywaw, yang menang The Best Work Wear Cleo Choice Award kan G2000 yah (sementara yang Reader Choice Award itu Banana Republic), respon dari orang-orang di sekitar seat saya adalah "what?" "eh masih ada yah?" "iya, gue kira merk itu udah gada.." Hmm, yah, paling tidak si CLEO Awards ini berhasil ngangkat nama G2000 jadi di-ngeh-in sama orang-orang. Meski sudah turun populartiasnya, dengan award ini Cleo ngasih tau kita kalau popularity doesn't mean less quality. Thumbs Up.




Pembacaan awards bisa dibilang rombongan, 1 kali host naik ke atas panggung, langsung menyebutkan pemenang dari beberapa kategori tanpa menyebutkan nominasi. Cukup kilat. Peragaan busana juga menselang-selingi pembacaan award. Ada astrid, Resida Irmine, dan Dina Vahada sebagai nominator penerima penghargaan desainer muda berbakat, dan Twentyforteen, Noonio, Cotton ink, Stab, Danjyo Hyoji sebagai nominator brand lokal paling inovatif. Selain peragaan busana sendiri, audience di hibur oleh live DJ during the 1st show (duh maap lupa aku gak tau namanya...) dan  Kikan (gak bersama cokelat) *wah, udah lama banget gak liat mba Kikan, dan suaranya tetep yahud!


Vahada


 
Andin pun ikut menyemarakan Cleo Awards 2010
Kikan

Pemenang dari desainer muda berbakat adalah Vahada dari Dina Vahada dan Cotton Ink sebagai pemenang brand lokal muda paling inovatif. List nominasi dan pemenang dari Cleo Choice dan Readers Choice Awards bisa langsung dilihat di web JFW. Sebagai orang yang sangat awam dibidang ini, maka saya bertanya opini teman saya mengenai si penghargaan dan koleksi ini.
Here are our Local Winner
Dari saya

Kalau pendapat dari saya yang awam ini , saya sih ngerasa ini beda banget soul-nya sama desainer 2 hari kemarin. Hampir seluruhnya memang merupakan konsumen bahan, bukan produsen bahan. Para desainer muda yang terlihat disini desainnya bernafas "internasional" (saya bingung mau nyebut modern, karena beberapa ada yang nyoba back to vintage juga, mungkin bisa disebut modern dengan acuannya gak ada unsur tradisional Indonesia). Tapi ya itu, mungkin karena masih terbilang junior di kalangannya, eksplorasi ide sih jangan ditanya, tapi karakter bahan belum. But anyway, nampaknya tiap desainer memang punya primadona sendiri untuk bahan-bahan yang dipergunakan (kalo saya liat dari desain-desainnya yaa, trmasuk yg gak ditampilkan). Tapi ya itu, secara modernnya kerasa, tapi secara identitas Indonesia's touch, gak berasa. But anyway, sebenarnya gak masalah. Emang tergantung goalnya dari awal toh.Gak semua karya desainer Indonesia mesti wajib ada unsur Indonesia-indonesianya. Yang penting cuma 1: ide nya orisinil otak orang Indonesia. Betull?? cmiiw

**
To be concerned 
Dua foto diatas sih yang ku sorot bukan bajunya, tapi insiden-insiden selama show kemarin.
(atas) untuk model dengan baju renang, nampaknya harus lebih selektif untuk memilih proporsi berdasarkan kaki model
(bawah) terlihat tampangnya itu gak pol gimanaa gitu akibat dia sibuk mikirin biar bisa jalan dengan benar.

0 comments: