Big Hello from MEGATRON Slipi

13.29 rah[ma.ut]ami 0 Comments

Bagi warga Jakarta barat dan sekitarnya tentu tidak asing dengan kawasan Slipi. Persimpangan ini terbilang ramai dn menjadi salah sau spot transit penumpang menuju berbagai jurusan baik dalam maupun luar Jakarta. Baru baru ini terdapat ebuah pemandangan baru di sebelah kiri jalan bila kia datang dari arah semanggi. Sebuah MEGATRON. Kenapa saya menulisnya dengan huruf kapital? Coz it is really BIG thus very bright. Pokonya, dari pojok mata balakan notice dah karena nyala lampu dan kontrasnya yang maksimal terangnya itu.

Saya sendiri kurang begitu inga akapan megatron ini diaktifkan. Anggaplah Januari 2010 (karena saya mulai aktif menjadi kommuter Jakarta sejak saat itu dan tiap hari pasti melewati daerah Slipi). Empat bulan telah berlalu sejak megatron itu dinyalakan. Tapi hingga kini, belum ada 1 ikla pun yang pernah tayang disana so far. Hmm.. sebuah point of attention yang berada pada titik strategis dan dilewati berbagai kaum namun tidak dilirik pihak iklan? Pertanyaan? I got some opinion :D


By the way, bagi yang belumm tahu megatron itu apa, akan saya jelaskan sedikit. Megatron adalah sebuah istilah dalam bahasa Indonesia lho, karena kita gak akan nemuin kosakata ini dalam bahasa Inggris. Bukan pula rivalnya Optimus Prime dalam film kenamaan Michael Bay, Transformer. Megatron adalah sebuah TV raksasa yang ditempatkan di outdoor. Umumnya megatron berukuran sebesar billboard dengan menggunakan teknologi LED TV. Megatron sendiri berfungsi sebagai media viewer motion-visual. Suara sendiri tidak di support untuk hal ini. Daripada seuah image/gambar yang still layaknya pada billboard biasa, GERAKAN, tentunya akan mengambil perhatian yang lebih banyak bukan?

So, back to the topic. So why there haven’t been any products advertise on that megatron. Budget? Well, even though megatron costs more than ordinary billboard that already expensive, I don’t think it is the main problem. He problem is on the communication itself. In what era we live right now? Information (yes), technology (yes), and internet (absolute yes). People bring their Internet everywhere: on their mobile phones, notebooks, modems, blackberrys, and so on. Have you guys ever realized that nowadays people are tending to look downward instead of upward? Yes, we talk about mobile/smart phones, which steal the attention more than any other things on the world. Have we talk about target audience? Hmmm.. not yet.. So, lets talk about it now.

Jika kita kemabali menilik target audience si megatron, anggaplah mereka ingin menembak target market yang berlalu lalang di Slipi sana. Lalu, siapakah yang berlalu lalang? Mari kita bagi berbagai kategori.
1. Saya, kommuter yang tiap hari pulang-peri Jakarta-tangerang dengan menggunakan bis kota (bis besar),
2. Orang orang yang membawa mobil sendiri untuk bekerja (menyetir mobilnya sendiri);
3. Orang yang duduk di jok belakang mobil sementara mobilnya dikemudikan oleh supir;
4. orang2 yang hidup di skitar dan beraktivitas di sekitar slipi (which means pengamen, pedagang di sekitar, peminta-minta)
5. Dan perlukah saya memasukan polisi ke dalam list ini karena mereka intens mengatur lalu lintas di slipi ;p

So, back to its target. Which of them that megatron shall attract? Yah, memang itu balik lagi ke produknya sih, tapi saya ingin menyoroti hal ini deh. Megatron itu agak sulit (kurang tinggi) bila dilihat dari arah jalan tol. So, saya berkesimpulan itu memang ditujukan untuk konsumsi para pengguna persimpagan slipi. Tapi, ya itu seperti yang saya bilang sebelumnya: nowadays people are tending to look downward instead of upward, even the middle-low economic one.

Jika dia (megatron) mengincar kaum kommuter macam saya, well, jujur aja, saya akan lewat kawasan itu sore menjelang malam atau malam (yah, jam pulang kerja lah). Kondisi fisik saya satu: capek. Sebagai kaum kommuter yang menghabisakan banyak waktu dijalan. Waktu di bis umumnya dimanfaatkan sebagai waktu tidur. Kecuali emang gak ngantuk banget yah, biasanya diisi mendapat informasi kayak baca buku. Dan sekarang yah, tiap pulang kerja, saya hampir gak pernah liat orang yg gak tidur/baca buku melong (melong—re:bahasa sunda : diam melihat ke suatu arah dengan kosong) ke luar jendela. They hold their phone and start to text (sms) someone, or moreover: browsing. Yes, it is an issue that should be forgotten by the media. Internet is everywhere and it is addictive. Yang amen hape itu gak cuma yang duduk loh. Banyak yang berdiri sambil gelantungan tetep fesbukan, tetep twitteran, ato tetep detik,com-an. And it is for real.

Dan saya rasa kemungkinan hal yang sama juga terjadi pada target nomor 2 dan 3 dari list kita di atas. Apalagi yang duduk di bangku belakang yah, mereka biasanya malah buka laptop. Yang liat ke depan ato kiri kanan itu supirnya. Paling liat samping kalo ada tukang jualan atau pengemis ngetok2 jendela, piye toh?

Dan target nomer 4. Paling mungkin sih..

So, bukan berarti dari 3 target market yang pertama disebut itu gak bakal ada yang liat sama sekali, tapi manurut saya, untuk era sekarang ini, kesempatan itu sangat kecil adanya. Kl jaman dulu hp belum canggih dan internet belum all access sih kerjaan kita kalo di jalaan emang merhatiin benda2 di skitar dan luar kendaraan kita. Tapi sadarilah men, people change, their behavior have changed since a new technology named internet (especially social media) came. Conventional media should consider it as the competitor. Less cost, high impact. Itukata Hermawan Kartajaya. Saya berani jamin, uh megatron bisa nyentuh harga M sewanya. ratus juta gede lah. So, if a brand spends so much money ONLY for its publication, so how much money it will spend for the whole campaign? Dan untuk produk yang memang target marketnya orang-orang bawah macam itu, akankah budgeting campaignya sebesar itu? Hmmm? I m not sure about that. Ujung-ujungnya saya rasa yang bakal ngiklan disana kayaknya rokok doang deh. :P.


Udah mah mahal, boros energy (bo, ya tipi nyala terus2an kan boros listrik, gak green design deh :p), dan kalo gini kasusnya, target marketna jadi gak fleksibel, gak strategis (Padahal gue yakin dibikin disana biar menjangkau dari bawah sampe atas, tapi jadinya kalo gini targetnya yang paling efektif dan efisien itu kelas bawah malah).

0 comments: