Motivation for being a leader, motivation for contribution

10.13 rah[ma.ut]ami 0 Comments

Sebuah roda, tentulah bulat rupanya. Berputar melingkar dengan jari-jari sama. Roda atau lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama dengan titik pusatnya. Anggaplah ada 100 titik, maka setiap titik itu akan ikut berputar dalam putaran roda. Kadang di atas kadang dibawah menghadapi berbagai permukaan jalan. Putarannya akan tetap sama yang dibawah akan di posisi yang sama kembali atau akan saling bersinggung dengan permukaan tanah. Sebuah hitungan juga dapat memperkirakan kapan titik persinggungan itu terjadi dan hal itu tergantung pada kecepatan putar. Tapi tanah seperti apakah yang akan ditemui titik itu pada saat gilirannya di bawah?

Negara, pemerintah, perusahaan adalah sebuah sistim terintegrasi dari sebuah organisasi. Mereka adalah sekumpulan system kompleks yang saling berkait satu sama lain. Yah, sebelum sampai pada system yang sulit itu, mari kita membicarakan suatu organisasi dalam skala kecil, sebutlah Kampus (Studi kasus: Liga Film Mahasiswa ITB)

Dalam tiap organisasi tentunya terdapat sebuah struktur (baca: Ketua dan para pembantu-pembantunya). Sistem dari pemilihan Ketua atau struktur itu sendiri tentunya bervariasi, tergantung dari bagaimana dan karakter serta kebutuhan dari organisasi itu sendiri. Terkadang ada susunan yang ditambahkan, namun tak tertutup pula ada yang dipangkas. Setidaknya, organisasi tersebut memiliki landasan pokok awalnya yang (kasarnya) menjadi guidelines tetap yang tidak diusik2: suatu struktur yang paling dasar yang ak boleh diubah.

Oke, yang ingin diangkat sebetulnya bukan ini, tetapi tentang peran kita ketika “nyemplung” dalam organisasi itu sendiri. Disini saya tak akan membicarakan mengenai posisi, tapi lebih kepada masuk dalam epemimpinan itu sendiri.

Motivasi tiap orang dalam memimpin tentunya berbeda-beda. Hal ini yang akan coba saya bahas kali ini. Yang dibawah ini adalah lebih kepada tahapan ketika seseorang maju, dan memutuskan untuk menjadi pemimpin di antara kawanannya.

Pertama
Maju karena mampu
Tantunya orang yang dipercaya untuk menduduki suatu jabatan dalam organisasi adalah orang yang DIPERCAYA mampu. Kenapa dipercaya-nya saya beri kapital? Sebetulnya ini hal yang abstrak. Kriteria mampu sebetulnya cukup subjektif, bisa datang dari diri sendiri atau dari lingkungan. Logisnya, 2 hal ini sejalan. Tapi kadang pula hal ini terjadi dari satu sisi saja, jadi ada yang suka beristilah “maju karena terpaksa “ (lingkungannya yang mendorong dia untuk maju) atau yang sifatnya “pembuktian” (gw mampu loh, cuman itu belom di lihat sama orang-orang, etc). Oh, tentunya hal ini criteria wajib, karena memgang jabatan dalam organisasi itu artinya kita gak lagi berurusan dengan diri sendiri, tapi juga mengurusi orang lain, taat bahkan membuat system, dan bertanggung jawab pada orangl ain atas apa yang kita janjikan ATAU mereka harapkan dari kita.

Kedua
Maju karena ingin belajar
Learning by doing, learning through the time. Mungkin inilah sebuah harapan ketika kita memutuskan untuk menduduki suatu jabatan. Belajar memegang orang, mengendalikan situasi, berkomunikasi, berpersuasi, singkatnya : berpolitik. Gaining knowledge over and over, seeking and handling different kinds of people, achieving target and creating strategy. Belajar dari orang sekitar, teman sesama yang maju, atau belajar dari orang yang dipimpinnya sendiri. Sebetulnya ini adalah prose’s yang pasti terjadi, endless. Hal ini normal, dan inilah mayoritas motivasi orang-orang. Ia ingin menyumbangkan dirinya, tapi juga mengembangkan dirinya sendiri sejalan dengan organisasi itu sendiri.

Ketiga
Maju karena hati **gw belum menemukan pilihan kata yang tepat**
Terkadang (meski jarang) ada orang yang somehow telah memiliki kompetensi luar biasa. Soal kemampuan, jangan ditanya (well, this is the third step, you shouldn’t think such think). Tapi mungkin ada 1 hal: dia sudah terlalu luar biasa, sudah terlalu tinggi. Tak akan ada lagi yang dipelajarinya disini, dia layak untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Lalu bagaimana? Mungkin ini yang sering menjadi dillema bagi orang2 hebat seperti ini. Di satu sisi, dia ingin membantu, ikut andil. Tapi di sisi lain, bagi dirinya sendiri, mungkin akan menjadi wasting time utnuk segitu berkutat disini. Kesempatan yang lebih tinggi layak diraihnya.
Well, gw kasih tau aja, yang pada akhirnya tetap berakhir nyemplung adalah: orang yang memberikan kompetensinya untuk organisasi itu, orang yang mencintai organisasi itu, untuk perkembangannya, untuk kemajuannya, meski ia mungkin tidak mendapat timbal balik yang berarti. Jika pada tahap kedua adalah memberi dan menerima (memerikan diri untuk mengabdi di lain pihak mendapatkan ilmu) maka pada tahap ketiga ini adalah menumpahkan pengetahuannya. Inilah tahap yang betul-beul seperti yang dikatakan oleh John F Kennedy : What do you give to the country // Apa yang kalian berikan. Dan titik ini adalah pilihan, niat, dan kasih sayang amat besar terhadap kemana dirinya akan di dedikasikan.

Since kemampuan adalah hal yang kualitatif, sebuah statement dari diri sendiri takan pernah cukup. Bagaimana mempengaruhi audience? Berpartisipasilah dalam banyak kegiatan, besar ataupun kecil. Bukan kuantitas dari kegiatannya, tapi kualitas dalam berkontribusi di dalamnya.

Komunikasi juga penting utnuk menumbuhkan kepercayaan. Jadi kalau ada pertanyaan
“Emang kalau mau jadi ketum mesti aktif dulu selama setaun sebelumnya ya?”
dan jawabannya adalah
“Belum tentu.”
Kalau aktif cuma dalam artian seksi ramai-ramai saja, orang pun tidak akan segitu menganggap itu dalam kualifikasi mampu. Lebih tingkatkan kualitas daripada kuantitas. Tapi kuantitas itu penting dalam kajian persuasive dan pemahaman lingkungan serta karakter. Kan gak mngkin ujug-ujug maju, lo mampu, tapi lo gak kenal siapapun. Nah lo….

Dan pergantian dalam suatu organisasi adalah siklus. Dan mungkin bagi banyak orang, hal ini dikejar sebagai “jenjang karir” untuk menapaki posisi yang lebih tinggi, misal: sebelum jadi presiden jadi ketuan TNI, polri, apalah itu… Satu tingkat organisasi tentunya mengahantarkan pada tingkat yang lebih tinggi. Mungkin bisa saja secara structural bukan atas-atasnya pisan, tapi secara kompetensi, itulah yang mesti dikejar. Dan yang paling penting sebagai pemimpin, tahu kualifikasi diri, tau kekurangan diri, tau potensi diri, kerjasama dan kemampuan toleransi *minta ingetin sama orang lain kalo emang ada hal-hal yang gak mampu di handle sendiri*. Dan yang paling penting, PERCAYA, pada diri lo, tim lo, orang yang kalian pimpin, dan mimpi lo.

oiya, belajar bisa dilakukan dengan banyak cara diantaranya : menjalankannya langsung (sudut pandang orang pertama) dan sebagai pengawas (sudut pandang orang ketiga). Jadi, jika kalian ingin, tapi belum berani maju, maka mengawasilah. Belajar jadi peneliti sudah biasa kan? :P

Selamat maju untuk berkontribusi semuanya!!! Nikmatilah masa-masa berorganisasi kalian, dan jangan dianggap sebagai beban *sok wise banget sih gw* karena perjlanan ini adalah INTANGIBLE.


For the placed I loved : Liga Film Mahasiswa ITB.

0 comments: