Uniquely Unilever, uniquely Indonesia

07.28 rah[ma.ut]ami 0 Comments

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah bagian integral dari marketing campaign 360 derajat kami. Untung – tidak untung, akmi selalu menekankan misi social dalam marketing kami. Kredo kami, :doing good is the good for the business:. Dicky Saela-Marketing Manager SCC & Savoury Unilever Indonesia

Menarik sekali, membaca sebuah artikel di sebuah majalah lawas (Marketing xtra MIX No 10/v/20-okt-16 okt 2008) membuat saya tertarik membuat artikel ini. Sebetulnya artikel aslinya lebih mengangkat perkembangan brand dari produk food si Unilever, tapi yang ingin saya angkat bukanlah itu, melainkan How they settle the strategy to promote the brand.

Sejauh yang saya tahu, Unilever adalah salah satu raksasa perusahaan di Indonesia. Berdiri sejak 1933 di Indonesia dan merupakan bagian dari Unilever Internasional. Memiliki beberapa divisi utama yaitu : food brands, home care brands, personal care brands, nutrition, health, hygiene & beauty brands..

Our mission

Our mission is to add Vitality to life. We meet everyday needs for nutrition, hygiene and personal care with brands that help people look good, feel good and get more out of life.www.unilever.com

Sementara itu, Unilever Indonesia dalam websitenya mengatakan :

Tujuan & Asas

"Standar tertinggi etika perusahaan terhadap setiap karyawan yang bekerja di perusahaan kami, masyarakat sekitar dan lingkungan tempat kami melakukan kegiatan usaha."




Lingkungan & Masyarakat

Komitmen untuk mengelola dampak sosial & lingkungan.


Nutrisi, Kesehatan & Perawatan Pribadi

Kami menciptakan makanan yang bermanfaat terhadap kesehatan.


Ilmu Pengetahuan & Teknologi

Inovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat


Karyawan Kami

Kami lebih menganggap Unilever sebagai komunitas.

Bila dicermati, dapat dikatakan semua iklan tentang produk unilever adalah bersih (meskipun misalkan di dalamnya ada adegan kotor-kotoran seperti di rinso). Hanya saja, pembawaan visual nya sendiri terlihat bahwasemua rapih dan bersih. Namun yang mungkin akan saya bawa lebih lanjut adalah mengenai Food Brandnya, selain karena artikel ini merujuk pada arikel yang saya baca (yang memang mengangkat food brand di Unilever) dan pernah sedikit bekecimpung di dalam pembuatan iklannya.

Berdasarakan artikel di majalah MIX, disebutkan bahwa “…selalu kampanye kami, selain menggerakan masyarakat , tetapi juga memberikan sesuatu kepada masyarakat. Artinya kami tidak melulu jualan. Kami ingin jadi prefer choice untuk kostumer, consumer, dan community. “ Adeline Ausy Setiawan-Marketing Manager Snacks and Beverages. Sebagai contoh , Sariwangi, sebagai brand lama the celup pertama di Indonesia, maka positioning-nya mengenai kebersamaan dan kampanyenya pada 2008 adalah “Mari Bicara”. Untuk Taro, kampanyenya adalah “ Markas Petualangan Taro” yang diambil atas dasar kebutuhan anak Indonesia untuk bermain berpetualang. Sementara Buavita, brand yang akhirnya diakuisisi Unilever, mengedepankan kampanye “Gerakan makan buah di masyarakat”.

Dari tiga brand di atas, dapat kita lihat bahwa pesannya adalah sesuatu yang memang benr adanya. Hanya saja ini memang dikemas dalam bentuk komunikasi marketing postif karena berkaitan isu dan normative yang ada di dalam masyarakat. Sariwangi contohnya. Yang saya lihat dari “Mari Bicara” adalah segala sesuatu dapat diselesaikan dengan diskusi, tanpa harus ada kekerasan kericuhan dan percekcokan. Taro mungkin merupakan feedback atas anak jaman sekarang yang terlalu “dunia maya” : CS, PS, XBOX, PSP, GBA sehingga kegiatan bermain mereka lebih bersifat maya dan pasif, bukan aktif sesuai dengan perkembangan umur mereka. Buavita pun menyerukan pesan yang sama. Memang pada akhirnya promosinya adalah buavita sama dengan buah segar, jadi alih2 buah beneran, kita meng-konsumsi buavita. Tapi toh pesannya memang sangat baik. Orang terlalu sibuk makan makanan jadi dan junk food samapii-sampai melupakan buah kan?

Dicky Saela menyatakan “Marketing strategy kami itu selalu menekankan apa misis sosiial dari brand tersebut”. Blue band menekankan pada “Setiap anak berhak mendapatkan nutrisi yang baik “ dan bekerja sama dengan WFP (World Food Programe). Bango sebagai kecap memiliki misi melestarikan wisata kuliner nusantara. Royco, berdasarkan yang dialami oleh saya, menekankan pada pentingnya makan bersama dalam keluarga karena pada saat itulah saat saat kita berkomunikasi dengan seluruh anggota keluarga. Hmm, masuk akal dengan segala kehidupan yang super-sibuk abad ini.

What an angel mission, even though in the end the message itself considering accepted by the audience or not depend by the visual and ads execution on the media and activation. Hei, betapa indah bukan dunia jika semua brand di dunia gak melulu hard selling?

Well, maybe gak hanya unilever. Djarum Black mengangkat isu kreativitas sebagai tombaknya. Api ini kan emang rokok. Mereka memang harus mempunyai image sendiri karena itulah yang dijual mereka pada pasar sebetulnya, bukan rokoknya, tapi image-persepsi yang ditangkap oleh target audience.

Wah, ngomongin ikaln eang gada abisnya. Selain visual yang digodog di creative, emang ada baknya strategi dari awal itu emang udah GOOD PURPOSE. Dan menemukan good purpose ini gak gampang loh. Jual-jualan mah bisa ambil product knowledge, tapi CSR yang nge-blend dalam promosi produk itu sendiri adalah hal yang sangat cantik. Mungkin hal ini kini banyak diaplikasikan pada produk-produk green design (yang melulu soal lingkungan). Tapi ini bisa jadi bahan inspirasi produk lainnya untuk menggali strategi marketing yang positif, yang tak sekedar mendorong masyarakt untuk membeli produk, tapi juga menangkap pesan social di belakangnya, bukan sekedar product knowledge. Dan, “gak kotor gak belajar”,kembangkan lah kreativitasmu sampe ide terjelek dan terjahat juga boleh tapi jangan berhenti untuk menemukanide yang baik. Kita semua butuh trial and eror dan pengalaman untuk belajar!


sumber:

www.unilever.com

http://www.unilever.co.id/id/

Marketing xtra MIX No 10/v/20-okt-16 okt 2008


0 comments: