Campaign Offline dan Online itu seharusnya Padu….

13.08 rah[ma.ut]ami 0 Comments

Enam bulan lebih gelut (bahasa sunda yg artinya berkecimpung) di dunia online campaign bikin saya terbuka sama dunia baru yang gak diajarin masa kuliah ini. Online campaign, online strategist, online marketing, apapun itu istilahnya. Selama gelut disini, saya sih ngeliat kasus yang mana brand/produk terjun di dunia online itu punya beberapa tujuan, seperti:

  • Ningkatin awareness orang (konsumen) terhadap produk (harapannya sih biar pada beli ujung2nya);
  • Bahan research untuk pengembangan produk/promosi ke depan;
  • Ningkatin engangement ke konsumen, jadi gak sekedar product value yg udah ‘jelas’ aja, tapi membidik konsumen dari emosi ama karakteristiknya sehingg amenciptakan konsumen yg loyal;
  • etc.

Bentuk penerapan hal di online ini banyak rupanya, ada yg dialog di onlne/social media (twiter, fb, koprol), lomba2, bikin event (disertai beberapa aktivasi secara offline). By the way, kadang2 secara langsung kalo merumuskan suatu campaign online tetep kudu musti ada activation offlinenya, biar tetap jelas dan gak ngawang2 (orang2nya). Kedepannya, orang-orang ini malah mungkin membentuk community sendiri, why not?




Bisa dibilang sekarang online itu sebagai media activation dari brand.  Gimana engga, kalo activation di online, segala bisa terukur, tiap kata, tiap orang , tiap WOM (word of mouth). Everything has an exact response,  Semua tercatat. Mungkin nantinya hal ini akan dihubungkan dengan efektifitas penjualannya sendiri, apakah sejalan atau tidak antara awareness, engangement, ama si sellingnya itu sendiri (Well, urusan ngitung yg ini bukan urusan saya sama sekali, tapi mengarahkan kesana itu yg saya urusin).


Tapi yg saya liat sekarang meski intinya ada 1 line antara iklan offline (tv, Bilbor,etc) dan online (banner, socmend, all online campaign itself) tapi sayangnya semua berjalan terpisah. Maksud saya, ketika kampanye/iklan offline jadi, barulah dilimpahkan ke online. Some of them works, tapi kedepannya, saya rasa hal seperti ini akan lama bertahan, kampanye offline dan online harus bermuara pada 1 brainstorming bersama yang melahirkan sebuah integritas dalam integrated campaign itu sendiri dimana media 1 mendukung media yg lain, gak sekedar berjalan beriringan. IMHO


"Kampanye offline dan online harus bermuara pada 1 brainstorming bersama yang melahirkan sebuah integritas dalam campaign itu sendiri dimana media 1 mendukung media yg lain, gak sekedar berjalan beriringan"


Pikiran ini datang karna suatu brief sih, jadi si produk ini pengen ngubah pandangan masyarakat, yg tadinya dikonsumsi orang tua, sekarang anak muda juga mesti. Waktu brief itu dateng, kita inget banget tvc nya yg tentang ‘dari dulu sampe sekarang’ terus kita diminta bikin kampanye onlinenya ky suatu produk sebelumnya yg kita pegang yg dianggap berhasil. Hmm…


Brainstormingnya cukup alot, dengan mengedepankan consumer insight yg anak muda. Kita merumuskan beberapa ide, dan menelurkan beberapa. Tapi di ide ini ada beberapa yg dianggap kurang, tonjokan yg bedebum’ kurang. Hmm..pasti gak ngerti maksudnya. Maksudnya, missal si masa campaign ini ternyata perlu beberapa tahapan, dengan kisaran waktu sekian. Nah, ternyata yang direncanain si brand beda tuh, lebih cepet, sementara di online padahal kita tuh infiltrasi secara halus. Dan tonjokan yg kita maksud adalah, bahwa di konsumen nya sendiri belum ada persepsi yang mengarah hal yg diinginkan si brand. Wong iklan tvc/print ad nya aja gak ada singgung2ngan kesana kok. Cuman bilang ‘dari masa kemasa’ terus tau2 di online mau bilang ‘eh, anak muda juga mesti pake loh sekarang’ dengan base awal mereka dikonsumsi orang tua dan itupun mnegkonsumsi karena suatu kebutuhan akan kesehatan. Bukannya gak bisa sih merubah si pola pikir itu di online, tapi akan sangat panjaaaaang dan lamaa jalannya. Coba kalo kita tanemin hal yg sama pada konsumen di media offlinenya. “Nih no, anak muda juga butuh “ dan bergerak di online dengan serempak dan seragam, akal menghasilkan persepsi yang kuat gak tuh di masyarakat ?


Summary 
Kesimpulannya sih, kalo produsen sekrang mikir “ngiklan dulu” terus mikir ke online entar2an, maka campaignnya gakan purrefect. Well, gak semua hal butuh online, dan gak semua hal butuh, offline, tapi beeberapa hal butuh kolaborasi keduanya. So, menurut ku sih, dari awal tahap strategi, yang merumuskan ini kudu harus udah paham kejarannya kemana aja, dan ketika brainstorming , kita semua bareng2, offline, online. Ato buruk2nya, ngajak ngobrol bareng dulu nih,si 2 media ini buat konsul, terus diliat dan dirumuskan si produk/brand butuhnya apa. Ya kalo butuh salah satunya, ngapain 2-2nya, dankalo butuh 2-2nya , mari kita padu-an ide dan strateginya :)


Hey, online dan offline itu bukan musuhan, mereka itu enzim yang melengkapi 1 sama lain untuk membangun rangkaian antibody. *perumpamaan yg aneh :P

0 comments: